Sabtu, 21 Juli 2018

Babussalam, Si Selebriti Eksotis Dari Air Hitam Laut


Assalamualaikum 😊 

Sebenarnya, aku adalah jenis orang yang suka bercerita, panjang kali lebar tapi mudahan-mudahan gak kali tinggi. Tapi, kali ini bingung mau cerita apa. Hihihii. Bukannya tidak ada yang mau di ceritakan, ini saking banyaknya bingung mulai dari mana. 

Oh, iya. Beberapa hari yang lalu, temanku si Arlan lagi misi rahasia jalan kaki di jalan penghubung desa dari Desa Sungai Jambat, Sungai Sayang, Remau Baku Tuo dan terakhir dia mengshare foto Pantai Babussalam, Desa Air Hitam Laut.


📷 Arlan Dahri

Semula salfok sama batu-batu yang ku fikir itu pantai Ujung Jabung dan onggokan materialnya (Sah bahasaku, bahahaaha). Aku baru ngeh bahwa Pantai Babussalam, batunya kotak-kotak. Sempat di protes, katanya batu kotak-kotak itu namanya break water dalam bahasa tekniknya. Ya, awam sepertiku mana tau lah ya.😑

Babussalam, pantainya aku sebut eksotis. Kenapa?, seumpama manusia pantai ini keren kayak om Will Smith yang warna kulitnya gelap-gelap gimana gitu. 




Pantai yang pasirnya berwarna hitam ini landai. Air lautnya berwarna coklat kehitaman dan aku yakin itu alasan kenapa desanya dinamakan Desa Air Hitam Laut. Tepian pantai, tumbuh jenis tanaman dan salah satu yang bikin aku takjub adalah Pohon Cemara!. Padahal kalian tau kan lagu anak-anak jaman dulu kayak gini :

Naik-naik ke Puncak gunung
Tinggi-tinggi sekali
Kiri kanan kulihat saja
Banyak pohon cemara ha haa (Ini improv, bukan ketawa ya)

Kan, katanya cemara itu adanya di puncak gunung, bukan di pantai. Nih, ya isi otak udah mikir kayak Darwin (itu yang evolusi manusia), mungkin saja dulu sebelum negara api menyerang, tempat ini (tempatku juga) adalah dataran tinggi yang terkena dampak mencairnya es di dua kutub karena serangan Pangeran Zuko.

Ah, ngawur!

Balik Ke Pantai Babussalam. Pantai keren ini menjadi wisata budaya tahunan andalan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan menjadi kebangaan Kecamatan Sadu. Mereka sebutnya Festival/ Mandi Safar. Kegiatan ini dilaksanakan setahun sekali setiap bulan safar. Kegiatan ini kabarnya dilaksanakan sebagai kegiatan tolak bala gitu lah. Mengesampingkan ritualnya, banyak orang-orang yang berbondong ke pantai ini dari kabupaten hingga Provinsi untuk menikmati momennya. Momen dimana kalian tidak saling kenal lalu di bopong rame-rame dan di ceburkan ke pantai. Hahahaha. Eits, jangan marah. Peraturannya emang kayak gitu. Jadi, bukan tidak mungkin kita bisa dapat banyak teman disini. Seru kan?.


Festival Mandi Safar 2016


Festival budaya ini sama kayak Songkran Festival di Thailand. Itu,siram-siraman air di jalan. Terakhir bareng si Dila ke sana, pas banget habis hujan seharian. Jalan kesana dari Desa Sungai Itik melewati tiga desa dan di Desa Sungai Sayang kami ambruk. Bhaahaha. Tidak berhasil deh mau kesana cantik-cantik. Dari pinggang ke kaki, lumpur!. Serasa MTMA dah!. 

Sampe disana, bagi yang lapar bisa langsung cari makan di tenda-tenda tepi pantai. Yang mau lihat hiburan dan doyan dangdut, boleh nongki didepan pentas (yang biasanya ada setiap tahun). Yang mau berenang, tinggal jalan cantik aja di bibir pantai. beberapa menit ada deh yang bopong kamu rame-rame trus di lempar kayak ngelempar karung sampah. Bahahaha. Pulangnya, tidak perlu mandi lagi. Sampe kerumah, baju udah kering di badan. Ajaib!.

Bagi yang tidak suka keramaian, bisa kok datang di lain waktu. Pantai Babussalam yang eksotis ini jadi kalem di hari-hari biasa. Biasanya sering kami datangi ketika lebaran bareng teman-teman SMA. 


Lebaran 2013 : (ki-ka) Nani, Mita, Via dan Aku 😆

Bawa bekal, trus makan rame-rame di pendopo yang tersedia disana. Ini seru juga. Biasanya juga pantai ini jadi tempat resing anak-anak motor sejenis kayak Boy Anak jalanan. Ahihihihi. 



Konvoi nih di pantai Air Hitam Laut 🤗


Tapi, daripada itu, nongki bareng teman emang paling seru deh disini. 


(ki - ka) : Afdal, Unus, Chandra, Herman, Mita, Nani, Maya, Aku, Zali dan Via

Oh iya. Ada lagi yang seru. Perjalanan ke Pantai ini, kami melewati jembatan gantung yang dibawahnya sungai berwarna hitam airnya. Beneran hitam kayak kopi. Katanya, di sungai yang bermuara di Taman Nasional Berbak itu banyak buayanya. Bayangin deh kalo jembatan gantungnya putus, buayanya tinggal mangap oiii.
Anak alay di kampung, eksisnya di jembatan 😂

Mandi Safar dua tahun lalu, jembatan ini di kawal pak pol ganteng biar kuota motor yang lewat gak melebihi target. Tetap aja, satu motor yang lewat aja ngeri apalagi rame-rame. Uh!. Kabarnya jembatan gantung ini sudah di ganti jadi jembatan permanen. Terbaik dah pemerintah setempat!

Panjang ya ceritaku 😄

Kalo berminat, datang aja. Bisa hubungi aku (yang ngaku ngaku jadi duta Sadu) jika butuh guide.

Ah, btw, aku tiba-tiba kangen teman-teman SMA 😮. 

Btw lagi, ini udah pagi. Sekian deh ceritaku. Terima kasih sudah membaca. Babaiii (jangan salfok bacanya) 

Assalamualaikum 🙋

Sungai Itik, 12.36 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar